memuat…
Chorlance Adriana Demetou berpose bersama orang tuanya. foto/halaman Puslapdik.
JAKARTA – Kemendikbud memberikan beasiswa ADik untuk memberikan kesempatan kepada pelajar asal Papua dan Papua Barat, daerah khusus atau daerah 3T, serta anak-anak Pekerja Migran Indonesia (PMI) untuk belajar secara gratis. Chorlance Adriana Demetou, gadis asal Papua, adalah salah satu penerimanya.
Chorlance Adriana Demetou atau sering dipanggil Ria lahir pada tahun 1995 di Kabupaten Keerom, Papua. Ia merasa sangat bersyukur telah mendapatkan Beasiswa Penguatan Pendidikan Tinggi (ADik) dan diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Bengkulu yang merupakan program studi pilihan pertama saat mendaftar ADik tahun 2013.
Dengan segala dinamika perkuliahan dan juga harus beradaptasi dengan kehidupan di Bengkulu, Ria berhasil meraih gelar sarjana pada tahun 2019 dan pendidikan profesinya yang seharusnya berakhir pada tahun 2021 namun karena pandemi Covid-19, terpaksa tertunda hingga tahun 2022 Pada wisuda Universitas Bengkulu ke-98 pada 15 Juni 2022, ia terpilih sebagai Lulusan Inspiratif.
Baca juga: Kisah Mahasiswa ITB Juara IISMA di Estonia, Wajib Masuk Kampus Meski Badai Salju
“Kunci keberhasilan saya hingga akhir studi di Fakultas Kedokteran adalah memiliki tujuan hidup dan tidak cepat menyerah, mensyukuri apa yang saya dapatkan termasuk saat mendapatkan beasiswa ADik, karena semua pelamar hanya sedikit yang diterima,” ujarnya dikutip dari laman Puslapdik Kemendikbudristek, Kamis (2/3/2023).
Ria saat ini ditempatkan di RSUD Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Pegunungan Papua. Ria telah menjalani Program Magang Medis selama enam bulan. Program ini merupakan pendidikan profesi untuk keahlian dan kemandirian dokter setelah lulus pendidikan kedokteran. Program ini dilakukan untuk mengkoordinasikan hasil pendidikan dengan kondisi di lapangan.
Ria mengaku menjadi dokter bukanlah cita-citanya, meski saat mendaftar di Adik, Fakultas Kedokteran menjadi pilihan pertamanya. Sedangkan pilihan kedua selain Program Studi Biologi dan Akuntansi sebagai pilihan ketiga.
“Waktu SMA saya hanya ingin kuliah, walaupun saya juga tertarik menjadi dokter, tapi itu bukan tujuan utama saya,” ujarnya.
Ia mengaku mengetahui program ADik dari informasi yang diberikan sekolahnya saat duduk di bangku SMA. Kemudian dia dan teman-temannya mendaftar ke Dinas Pendidikan Kabupaten Keerom. Mereka juga mengikuti tes di Jayapura. Meski mendaftar bersama, hanya Ria yang lolos seleksi.
Lulus Adik di Fakultas Kedokteran Universitas Bengkulu, Ria mengaku tidak mudah. Karena Ria sadar dirinya bukanlah salah satu siswa terbaik di sekolahnya, dan SMA-nya di Keerom juga bukan sekolah favorit ataupun sekolah unggulan.