memuat…
Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo (HT) berbincang dengan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim di Menara iNews, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Rabu (15/2/2023). Foto/Dokumen MPI
JAKARTA – Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo (HT) berbincang dengan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim di Menara iNews, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Rabu (15/2/2023). Nadiem berdiskusi dengan pemimpin redaksi MNC Media tentang kebijakan Kemendikbud.
“Menerima kunjungan Bpk. Nadiem Makarim, Mendikbud RI di Menara iNews. Terima kasih atas kunjungan dan pencerahannya Bpk. Menteri,” ujar HT sambil membagikan foto kegiatan di atas . Laman Instagram, Kamis (16/2/2023).
Dalam kesempatan tersebut, Nadiem Anwar Makarim antara lain memaparkan kelebihan dan manfaat Free Learning dalam dunia pendidikan. “Mengejar adalah memberi mereka hak untuk mengulang dan itu harus menjadi hak mereka. Begitu juga dengan guru yang harus memilih bidang apa yang ingin mereka tingkatkan dan kelas berapa,” ujar alumni Harvard Business School tersebut saat berbincang dengan MNC Media. .
Baca juga: Kebebasan Belajar Memberi Ruang bagi Anak dan Guru untuk Belajar
Nadiem yang biasa disapa Menteri Mas ini menjelaskan bahwa kesempatan ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk memahami dan mendalami mata pelajaran (mapel) tertentu yang dianggap sulit. Sementara itu, guru juga dapat meningkatkan kualitas pembelajarannya dengan berfokus pada penyampaian ilmu sampai siswa menguasainya.
“Dulu, kurikulum harus diajarkan setiap hari Minggu dengan jumlah jam tertentu. Kalau belum dikuasai, diubah-ubah terus. Sekarang kita buat satu tahun untuk setiap mata pelajaran. Jadi misalnya kalau ada Guru yang hanya mengajar segitiga selama setahun, butuh waktu satu tahun untuk menguasainya,” ujarnya.
Nadiem juga mengatakan Merdeka Learning secara tidak langsung merangkum materi sekitar 30-40%. Dalam hal ini, guru juga berkesempatan untuk menjadi content creator dalam pembelajaran di sekolah. Namun, kata dia, hal itu juga perlu disesuaikan dengan kemampuan guru, jika merasa kompeten di bidang Matematika, maka guru akan belajar Matematika di kalangan siswanya. Dalam kaitan itu, kata dia, Belajar Mandiri tidak memiliki konsep memaksa anak dan bisa menguasai mata pelajaran.
“Lucunya kalau kita ada program Merdeka Belajar kalau belajarnya dipaksakan. Jadi ini bertentangan dengan filosofi kita yang menyatakan sekolah efektif kalau tidak ada paksaan,” ujarnya.
(zikir)