Memuat…
Tim peneliti ITS mengikuti acara uji statik dan uji terbang roket buatan Indonesia. Foto/Humas ITS.
JAKARTA – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali berperan dalam pengembangan inovasi yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Kali ini, ITS berpartisipasi dalam pengembangan dan pengujian statik roket buatan negara bernama R-Han 450 dan uji terbang RX200-TC.
Uji coba kedua roket tersebut dilakukan di Balai Uji Teknologi Antariksa dan Atmosfer Garut, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (BUTPAAG-LAPAN), Kabupaten Garut, Jawa Barat. Uji coba dan eksperimen roket pertahanan dilakukan untuk mengetahui kapasitas beberapa bagian roket yang telah dikembangkan sebelumnya. Uji coba ini juga dilakukan bersama tim gabungan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI, PT Dahana, Puslitbang Teknologi Roket (BRIN) Badan Riset dan Inovasi Nasional, dan Organisasi Penelitian Penerbangan dan Antariksa (ORPA).
Baca juga: Prospek Kerja Lulusan Politeknik Statistika STIS, Bisa Jadi PNS!
Wakil Kepala Pusat Riset Internet of Things and Defense Technology (IoTTP) Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) ITS Dr Widyastuti mengatakan, uji statik R-Han 450 yang dilakukan Oktober lalu difokuskan pada tabung roket dan nozzle. Dalam pengujian ini roket dikunci secara statis, sedangkan propelan di dalam tabung roket dibakar dan kondisi operasi digunakan. “Dari pengujian ini secara bersamaan diamati perilaku tabung dan noselnya,” ujarnya, dalam siaran pers, Senin (2/1/2023).
Pengujian dilakukan untuk mengetahui kesesuaian konstruksi, kemampuan kerja, waktu bakar, daya dorong, nilai tekanan, dan kapasitas lain dari roket R-Han 450 terbaru. Keesokan harinya, kegiatan dilanjutkan dengan peluncuran RX200-TC. Namun karena adanya masalah pada detektor yang digunakan, maka uji terbang roket eksperimen tersebut harus ditunda dan uji peluncuran ulang dilakukan di Pantai Karang Papak, Garut pada 21 Desember.
Tidak hanya mengikuti tes, Widya mengatakan ada dua tim ITS yang terlibat dalam pengembangan program ini. Tim pertama adalah Research Innovation for Advanced Indonesia (RIIM) yang diketuai oleh dirinya sendiri. Tim fokus mengembangkan material tipnosecone R-Han 450 yang terbuat dari Thermal Barrier Coating (TBC) yang tidak mengganggu telemetri. Pembangunan tersebut didanai oleh BRIN dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Baca juga: Batas Usia 7 Sekolah Resmi Favorit, Ketahui Persyaratannya
Tim kedua dari ITS terdiri dari Prof Hamzah Fansuri dan Alief Wikarta. Tim ini bertanggung jawab atas program Riset Produktif Undangan LPDP terkait riset Extruded Double Base (EDB) Folding Fin Aerial Rocket (FFAR) 70. Fokus utama tim ini adalah pengembangan propelan atau propelan dari roket FFAR-70 yang akan diuji kemudian dalam tiga studi.
Oleh karena itu, tim berpartisipasi dalam melihat uji statis R-Han 450 dan uji terbang RX200-TC. Hal ini bertujuan untuk dapat mengamati proses uji statik dan uji terbang dalam persiapan FFAR-70 EDB. “Jadi salah satu tujuannya adalah untuk memberikan gambaran kepada peneliti saat uji statik dan dinamik yang nantinya akan digunakan untuk FFAR-70,” ujar dosen Departemen Teknik Material dan Metalurgi ITS ini.
Usai uji coba roket ini, Widya berharap kedepannya produk-produk inovatif yang telah diteliti dan dikembangkan oleh ITS dapat diaplikasikan pada produk pertahanan dan keamanan yang sesungguhnya. “Semoga produk scone R-Han 450 yang telah dibuat dan FFAR-70 yang sedang diteliti dapat bermanfaat bagi sistem pertahanan Indonesia,” harapnya.
(Tidak)