Memuat…
Pura Penataran merupakan salah satu peninggalan agung Kerajaan Majapahit yang mampu mempersatukan Nusantara termasuk menaklukan Bali. Foto/Dok. SINDOnews/Yuswantoro
Meninggalnya raja kedua Kerajaan Majapahit, Jayanegara akibat pengkhianatan yang dilakukan oleh Ra Tanca menyebabkan Majapahit mengalami kekosongan kepemimpinan. Ini karena Jayanegara tidak memiliki anak sebagai pewaris takhta.
Baca juga: Kisah Perselisihan Gajah Mada dengan Arya Damar Saat Majapahit Serang Bali
Tak lama setelah kematian Jayanegara, dua putri cantik Raden Wijaya diangkat sebagai raja untuk memimpin pemerintahan Kerajaan Majapahit, yaitu Tribhuwana Tunggadewi, dan Dyah Wiyat atau Rajadewi Maharajasa.
Kedua putri raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Majapahit itu memerintah bersamaan setelah tahta yang seharusnya diperoleh istri Raden Wijaya, Gayatri menolak karena memilih menjadi pendeta.
Baca juga: Hebat! Argentina Juara Piala Dunia, Setelah 36 Tahun Menunggu
Menurut Slamet Muljana dalam bukunya yang berjudul Menuju Puncak Sejarah Kerajaan Majapahit, pada mulanya kedua putri pendiri Kerajaan Majapahit ini memerintah di dua wilayah yang berbeda. Tribhuwana Tunggadewi memerintah Kahuripan, dan Rajadewi Maharajasa memerintah Daha.
Keduanya menguasai daerahnya masing-masing, dengan gelar Rani Kahuripan, dan Rani Daha. Tak hanya itu, setelah kepergian Jayanegara, para pemuda yang tertarik dengan kedua putri itu berani menginjakkan kaki lagi di Keraton Majapahit, untuk melakukan pendekatan.
Pada tahun 1250 Saka atau 1328 M, Puteri Tribuwanatunggadewi menikah dengan Sri Kertawardana dari Singasari, pangeran Cakradara. Sedangkan Rajadewi Maharajasa atau Bhre Daha menikah dengan Raden Kuda Amerta dari Wengker, cincin Pamotan atau Bhreng Prameswara, dengan nama Abiseka Sri Wijayarajasa.
Baca juga: Mengerikan! Munculnya kecelakaan kereta api dengan mobil yang menewaskan 1 keluarga
Selanjutnya kedua putri Raden Wijaya memimpin Majapahit. Tribhuwana Tunggadewi dinobatkan sebagai Rani Majapahit atau Raja Majapahit. Dia memerintah dengan saudara perempuannya Rani Daha atau Rajadewi Maharajasa.
Co-government dipilih, agar segala kesulitan yang mungkin timbul jika hanya Rani Kahuripan atau Tribhuwana Tunggadewi yang memegang tampuk pemerintahan. Hal ini tak lepas dari pemikiran Gajah Mada yang terkenal bijak dalam bertindak.
Kedua putri Raden Wijaya membentuk aliansi untuk memerintah Kerajaan Majapahit. Sedangkan pada saat itu jabatan Patih Amangku Bumi di Kerajaan Majapahit masih dipegang oleh Aria Tadah.
(ya)