memuat…
Kisah sedih pria perak yang merantau di sekitar kawasan Koja, Jakarta Utara. Foto/Ilustrasi
JAKARTA – Petugas gabungan di Jakarta Utara menyaring sejumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (15/2) lalu. Dari operasi tersebut, petugas mendapatkan beberapa orang perak.
Pria perak itu kemudian dibawa petugas ke Sudin Sosial Jakarta Utara untuk didata dan diasuh. Salah satu manusia perak yang diamankan oleh petugas berinisial AS, adalah seorang gadis yang pernah digerebek dua kali.
Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Jakarta Utara Sudinsos Maria Risda Pasaribu mengatakan, berdasarkan pemeriksaan terhadap remaja berusia 14 tahun itu, ia sudah lama putus sekolah dan memilih menjauh dari keluarga.
“Umurnya 13-14 tahun, warga Tanah Merah, Koja. Dia masih memiliki orang tua. Menurut pengakuannya, dia juga punya kakak laki-laki yang sudah meninggal, punya kakak laki-laki, dan adik perempuan yang masih TK,” kata Maria saat dikonfirmasi, Senin (20/2/2023).
Baca juga: Pria Perak di Tangsel Akui Bekerja 3 Jam Dapat Rp 300.000
Dari pengakuan bocah itu, kata Maria, AS terjun ke dunia orang perak setelah dia putus sekolah dan akhirnya meninggalkan rumah dan meninggalkan keluarganya karena lebih suka tinggal bersama orang perak.
“Tapi dia tidak tinggal bersama orang tuanya, dia tinggal di kos bersama teman-teman peraknya,” lanjutnya. Parahnya lagi, dengan hidup tanpa pengawasan orang tua, membuat US menjadi remaja yang hidup bebas.
Salah satu hal yang mengejutkan para pejabat AS adalah dia adalah seorang pencuri. Tak hanya itu, ia juga kerap mengonsumsi dan menagih obat-obatan terlarang seperti pil eksim dan lem hirup, hingga seks bebas bersama teman-temannya.
“Dia juga punya pergaulan bebas. Makan obat, minum. obat eksim. Pergaulan, dia juga melakukan hubungan seks bebas, kami bertanya, mungkin pengaruh obat-obatan,” katanya.
Baca juga: Sedih! Ratusan Bayi di Jakarta Depok dan Tangerang Selatan Menjadi Manusia Perak
Menurut Maria, selama ini AS dan teman-teman manusia peraknya dipimpin oleh seseorang yang belum diketahui identitasnya. Orang perak juga harus menyetor ke koordinator dan mereka akan mendapatkan obat.
“Orang-orang perak ini harus menyetor Rp 10.000 ke koordinator. Beberapa orang menyediakan obat, mereka mengatakan mereka tidak membayar. Katanya, obat itu didapat dari tukang parkir laki-laki yang memberikan obat itu secara cuma-cuma,” ujarnya.
Setelah diamankan petugas, AS kini menjalani pembinaan di panti sosial dan akan dibina menjadi pribadi yang lebih baik dan akan dikembalikan ke keluarga dan masyarakat dengan harapan tidak kembali menjadi manusia perak.
(jamak)