liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
Ngabuburit Istilah Populer Saat Ramadan, Pakar Bahasa Sunda Unpad Jelaskan Artinya

memuat…

Sejumlah orang nongkrong di Taman Spatodhea, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Foto/SINDOnews/Dzikry Subhanie.

JAKARTA – Di bulan Ramadhan, ngabuburit menjadi istilah bahasa yang populer digunakan oleh masyarakat. Pakar bahasa Sunda Fakultas Ilmu Budaya Unpad itu menjelaskan makna ngabuburit yang kini tidak hanya digunakan oleh penutur bahasa Sunda, tetapi sudah berkembang di tingkat nasional.

Pengertian Ngabuburit dalam bahasa sunda

Pakar bahasa Sunda, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran, Dr. Gugun Gunardi menjelaskan pengertian kata ngabuburit dalam bahasa Sunda adalah “ngalantung ngadagoan buritan” atau bermain sambil menunggu petang.

“Asal katanya dari burit, yaitu sore, senja, menjelang magrib, atau menjelang magrib,” jelas Gugun dikutip dari laman Unpad, Rabu (5/4/2023).

Baca juga: 5 PTN Buka Jalur Akses Mandiri, dari UGM ke Unpad

Istilah ini kemudian digunakan masyarakat sebagai kegiatan menunggu waktu berbuka di bulan Ramadhan. Orang-orang menghabiskan waktunya untuk bermain permainan tradisional, berjalan-jalan, berbisnis, bahkan kegiatan keagamaan.

Itu sudah ada sejak Orde Baru

Gugun menjelaskan, istilah ngabuburit sebenarnya sudah ada sejak era Orde Baru, atau saat ulama Buya Hamka menjadi ketua Majelis Ulama Indonesia pertama pada tahun 1975. Saat itu, ulama Buya Hamka mendapat instruksi dari Presiden Soeharto untuk mengisi momentum ngabuburit. dengan kegiatan keagamaan.

Hal ini tentu saja dapat diterapkan kembali saat ini terutama oleh generasi muda. “Generasi muda bisa ngabuburit dengan berdiskusi. Ini saat yang tepat agar ilmu kita bertambah dan silaturahmi juga bisa dijalin,” ujar Gugun.

Ngabuburit sudah ada di KBBI

Saat ini ngabuburit sudah ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Dosen Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran, Dr. Wahya menambahkan, proses penyerapan kata ke dalam bahasa Indonesia diawali dengan belum adanya konsep kata padanan untuk penggunaan sehari-hari di luar penutur bahasa Sunda.

Baca juga: Cek Perbandingan Biaya Kuliah PTN Terpopuler di Jawa Barat, dari ITB hingga UI

Ada beberapa pertimbangan agar sebuah kata dapat digunakan oleh banyak penutur. Pertama, tentang suara, apakah enak didengar atau tidak, mengarah pada makna tertentu. Susunan kata juga diperhatikan, seperti cocok atau tidak dengan susunan kata bahasa Indonesia.

Pertimbangan selanjutnya adalah tentang singkatnya, yaitu kata-kata yang diucapkan tidak terlalu panjang. “Atas dasar itu, nampaknya kata ngabuburit yang berasal dari bahasa Sunda sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia,” ujarnya.

Bahasa Daerah Memperkuat Posisi dan Fungsi Bahasa Indonesia

Kata ngabuburit diserap sepenuhnya ke dalam bahasa Indonesia tanpa ada pergeseran makna. Dengan kata lain, tidak ada perubahan makna ketika kata tersebut digunakan dalam bahasa Indonesia. Hal ini menjadi bukti bahwa bahasa daerah dapat memperkuat kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.

Wahya menjelaskan, dalam kontak bahasa, misalnya bahasa daerah dan bahasa Indonesia, dikenal istilah interferensi dan integrasi. Interferensi berkaitan dengan penyerapan kata dari bahasa lain yang masih dianggap sebagai kata asing, sedangkan integrasi berkaitan dengan penyerapan yang tidak dianggap sebagai kata asing.

Dalam kaitan itu, lanjut Wahya, kata ngabuburit termasuk dalam integrasi, karena tidak lagi dianggap sebagai bahasa asing dalam bahasa Indonesia. Untuk itu, Wahya berpesan kepada masyarakat agar terus melestarikan bahasa daerah untuk memperkuat bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

“Bahasa daerah perlu dipertahankan atau dilestarikan guna memperkuat dan mengembangkan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan nasional,” ujarnya.

(TIDAK)