memuat…
Politeknik Elektronika Negeri (PENS) Surabaya meluncurkan aplikasi Mata Elang yang dapat digunakan untuk memantau keamanan siber. Foto/SINDOnews.
JAKARTA – Politeknik Elektronika Negeri (PENS) Surabaya meluncurkan aplikasi Eagle Eye yang dapat digunakan untuk memantau keamanan siber. Aplikasi ini penting karena serangan siber masih menjadi ancaman di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan digitalisasi saat ini.
Sebagai informasi, Indonesia merupakan salah satu negara dengan risiko cybercrime yang relatif tinggi. Berdasarkan data Badan Siber dan Sandi Negara, sepanjang tahun 2021 terdapat lebih dari 800 juta ancaman siber di Indonesia. Jumlah ini setara dengan 42 ancaman per detik.
Aplikasi deteksi serangan cyber Eagle Eye ini dilisensikan sebagai GPLv3.0 Open Source. Aplikasi ini dikembangkan oleh Cyber Security Research Group, PENS. Aplikasi Eagle Eye versi 1.1. (ME v1.1) merupakan versi terbaru dari versi sebelumnya yaitu ME v1.0 yang rilis pada tahun 2021.
Baca juga: Kisah perjuangan mahasiswa asal Gaza menyelesaikan studi kedokteran di Unair
Dosen Departemen Teknik Informatika dan Komputer (DEPTIK) Astika Saputra dan Project Developer Coordinator Mata Elang, Ferry Saputra mengatakan, aplikasi ini merupakan hasil kerjasama penelitian dengan PENS, id-CARE Universitas Indonesia, yaitu Dr. Gde Dharma, Prof. Kalamullah Ramli, dr. Muhammad Salman, dan.
Selain Feri, dosen lain yang terlibat dalam pengembangan Eagle Eyes adalah Muhammad Rifki Yuda Pratama, M. Imam Prajitno Fadhil Yori Hibatullah, Muhammad Izzat, dan Muhammad Alfiyan Syamsuddin.
“Penelitian pengembangan aplikasi ini juga didukung oleh JICA yang sangat mendukung penelitian ini sejak Fakultas Teknik Universitas Indonesia,” jelasnya dikutip dari laman Ditjen Diknas, Senin. (6). /3/2023).
Pengembangan aplikasi ini dimulai pada September 2022. Namun, studi pengembangan ESP sebenarnya telah dilakukan secara berkelanjutan di PENS selama 8 tahun terakhir.
“Visualisasi data penyerangan itu kita tingkatkan supaya lebih informatif. Nah, informasinya lebih menunjukkan penyerangan itu,” ujarnya.
“Misalnya peta serangan, peta rute antar penyerang, serta target dan detail serangan. Sedangkan versi sebelumnya, Mata Garuda, menampilkan grafik/chart alamat penyerangan,” lanjutnya.