memuat…
Tokoh negara hadir dalam Dialog dan Ikrar Kemanusiaan di Kantor Relawan Siaga DPP, Jalan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Senin (17/4/2023). Foto: st
JAKARTA – Ketua Dewan Pengawas Relawan Siaga DPP Sandiaga Uno menghadiri acara Dialog dan Ikrar Kemanusiaan di Kantor Relawan Siaga DPP, Jalan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Senin (17/4/2023).
Tak hanya Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang hadir sebagai pembicara, dua tokoh bangsa lainnya juga hadir yakni Prof Dr Mutia Farida Hatta dan Letjen TNI (Purn) Agus Sutomo.
Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh petugas Relawan Siaga DPP, tokoh pemuda dari berbagai Organisasi Komunitas Pemuda (OKP) tingkat nasional, dan anggota Relawan Siap se-Jabodetabek.
Baca juga: 120 Guru, Da’i dan Relawan Kemanusiaan dari Daerah Terpencil Berangkat Umrah
Sandiaga Uno mengatakan selain bencana alam, kita juga dihadapkan pada sengketa. Perpecahan yang terjadi tidak hanya di ruang media sosial, tetapi juga di kehidupan nyata yang kerap bertikai. “Kita harus menjaga nilai-nilai kemanusiaan dan persatuan,” katanya.
Dialog dan Ikrar Kemanusiaan ini dilatarbelakangi oleh fenomena masyarakat yang menimbulkan perpecahan di antara anak bangsa, yang sekaligus menurunkan nilai-nilai kemanusiaan dan persatuan Indonesia.
Ketua Umum Relawan Siaga DPP Lt. Jenderal TNI (Purn) Agus Sutomo mengatakan untuk membangun bangsa harus ada persatuan hati, saling menghargai, dan mementingkan diri sendiri. “Budaya kita adalah budaya gotong royong, santun dan saling mendukung,” ujarnya.
Fenomena ini banyak terjadi di ruang publik digital, namun kondisi dan situasi tersebut menjadi ancaman bagi persatuan bangsa jika dibiarkan terus berlanjut.
Pada Dialog dan Ikrar Kemanusiaan, semua yang hadir membacakan dan menandatangani Ikrar Kemanusiaan yang berbunyi:
“Demi Persatuan Indonesia, kami Pemuda Indonesia bersumpah bahwa dalam situasi dan kondisi apapun kami akan menjunjung tinggi harkat dan martabat seluruh rakyat bangsa sebagai manusia yang mulia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa untuk tidak menghina, mengganggu, mencemooh dan saling menghina dengan tidak menyebut orang lain anak bangsa menggunakan nama atau gelar yang tidak beradab dan jauh dari nilai kemanusiaan.”
(Yohanes)