memuat…
Memasuki musim kemarau, 27 kabupaten dan kota di Jawa Timur dilanda kekeringan Foto/ilustrasi
SURABAYA – Memasuki musim kemarau, sekitar 27 kabupaten/kota di Jawa Timur (Jatim) berpotensi mengalami kekeringan. Ke-27 kabupaten/kota tersebut terdiri dari 1.617 dusun, 844 desa/kelurahan, dan 221 kecamatan.
Sebanyak 844 desa/kelurahan terbagi menjadi 500 kekeringan kritis, 253 kekeringan langka dan 91 kekeringan terbatas. Diperkirakan 1.6664.433 orang akan terkena dampak kekeringan di Jawa Timur tahun ini dengan total 655.277 kepala keluarga (KK).
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan musim kemarau 2023 di Jatim diperkirakan terjadi pada Mei 2023 hingga September 2023. Puncak musim kemarau terjadi pada Agustus 2023 dan akhir Juli 2023 untuk beberapa wilayah di Jawa Timur. Jawa.
“Minggu lalu kami menggelar Musyawarah Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Resor Kaliandra, Pasuruan. Namun yang juga harus kita waspadai selanjutnya adalah potensi kekeringan,” kata Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Selasa (13/6/2023).
Khofifah menambahkan, tim gabungan BNPB, BPBD, sinergi Pemerintah Kabupaten dan Kota, serta komunitas relawan telah bersinergi untuk memaksimalkan upaya pencegahan dan penanggulangan bencana kekeringan.
“Melihat penurunan kasus karhutla, kami optimistis kekeringan di Jatim bisa diatasi dengan baik. Tentunya dengan kombinasi BNBP, BPDB, pemerintah daerah dan relawan,” ujarnya.
Tak hanya itu, BPBD Jatim juga telah melakukan doping air bersih ke beberapa desa terdampak. Bantuan berupa waduk dan jerigen telah dilakukan di 38 provinsi dengan rincian 350 waduk dan 10.000 jerigen.
Pengiriman air bersih dilakukan di Kabupaten Situbondo pada 24 Mei 2023. Pengiriman air bersih PDAM dilakukan ke daerah yang terdampak kekurangan air bersih akibat pompa bor (Sibel) rusak. Sehingga air tidak bisa masuk ke rumah warga. Lokasi pengiriman berada di Kampung Polay, Desa Jatisari, Kecamatan Arjasa.
Selain itu, pengiriman air bersih ke Kabupaten Blitar saat ini sedang berjalan. Penyaluran air bersih ini dilakukan karena kurangnya air bersih akibat rusaknya saluran air di hulu Sungai Lekso di Desa Tangkil, Kecamatan Mlingi.
“Mitigasi dan penanggulangan bencana akan terus kita lakukan di musim kemarau ini. Baik dalam mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan serta kekeringan,” pungkas Khofifah.
(msd)